------------
Satu yang Pasti
Kata orang, masa-masa SMA adalah masa yang paling indah dalam hidup mereka. Yaaa, aku sebelumnya tak pernah setuju dengan pernyataan itu. Aku tidak menganggap masa SMA sebagai suatu masa yang menyenangkan, malah aku menganggapnya menyebalkan, karena pasti aku pusing tentang kuliahku dan pasti begitu banyak masalah yang datang, karena ini masa transisi. Aku rasa, masa SMA pasti penuh dengan masalah dengan teman, entah apa penyebabnya, tapi masa SMA pasti membuat aku dan teman-temanku jauh. Aku rasa pula, masa SMA pasti penuh dengan percintaan-percintaan klise, entah apa akhirnya, entah aku akan dapatkan cintaku, atau aku akan menghabiskan waktuku menangis atas cinta. Aku rasa pula, masa SMA pasti penuh dengan tugas-tugas menyebalkan, pencarian kuliah, pencarian beasiwa, pencarian pelajaran ini itu.
Dan ternyata aku salah. Memang benar, masa SMA-ku diwarnai masalah dengan teman, diwarnai dengan percintaan klise, diwarnai dengan pusingnya aku belajar; tetapi inilah tahun-tahun terindahku selama 14 tahun aku hidup. Sejauh ini, inilah 3 tahun terindah, 3 tahun paling seru, 3 tahun paling sedih, 3 tahun segalanya.
Kalau aku penderita synæsthesia, mungkin masa SMA-ku akan kurasakan sebagai raspberry, atau blueberry, atau kiwi, karena didalamnya, ada kenangan yang asam, dan ada pula kenangan yang manis, dan jika keduanya digabungkan, kau tak akan bisa berhenti, kau sudah menjadi adiktif. Kalau aku penderita synæsthesia, ini mungkin yang akan keluar di mataku, masa SMA. Memang tak ada hubungannya dengan synæsthesia, namun kuberi warna merah pada masa karena aku marah dengan kata-kata itu, kenapa hanya 3 tahun? Dan di saat yang bersamaan, merah menurutku berarti cinta, dan aku memang cinta masa-masa itu. SMA, kenapa berwarna biru? Aku memberinya biru karena SMA adalah hal yang saaaaaaaaanggggggggggaaaaaaaaaaaaatttttt indah, yang sangat luas sehingga memberiku banyak pelajaran, seluas langit biru, dan seluas samudra – yang berwarna biru. Biru untukku menyenangkan, dan SMA memang menyenangkan – terlalu menyenangkan, mungkin.
Ini pertama kalinya aku menemukan teman yang benar-benar teman. Teman yang mengertimu luar dalam, teman yang mengerti masalahmu dan memberikan solusi sebaik mungkin, teman yang mau mendengarkanmu, teman yang akan membantumu di saat kau sedang patah hati, teman yang membuat kejutan ulang tahun untukmu, teman yang membuatmu menangis – menangis haru, teman yang tidak menertawakanmu, teman yang menjagamu, teman yang menemanimu saat kau belum dijemput, teman yang baik, teman yang sempurna. Pernah memang aku bermasalah – aku menjauh – dengan temanku, dan aku sungguh menyesalinya, karena aku tak akan menemukan teman lain sebaik, sesempurna dirinya. Aku amat menyesalinya, karena aku tak akan pernah menemukan orang lain yang sesempurna dirinya untuk jadi temanku. Aku menyesalinya karena aku telah berbagi dengannya, berbagi makanan, berbagi pengetahuan, berbagi duit, berbagi kursi, berbagi bus, berbagi perasaan sedihku dan sedihnya, berbagi perasaan senangku dan senangnya, berbagi kisah, berbagi kisah cinta, berbagi pandangan hidup, berbagi gossip, berbagi perasaan saat kau ataupun dia patah hati, berbagi segala-galanya, bahkan yang tidak dapat ku bagi ke orang lain sekalipun. Aku bahagia, aku senang, aku telah menemukan temanku, aku telah menemukan buah raspberry-ku.
Ini pertama kalinya aku jatuh cinta yang begitu dalam, jatuh cinta yang begitu tulus, jatuh cinta yang begitu sakit, jatuh cinta yang begitu senang, jatuh cinta yang membuatku melupakan segalanya, jatuh cinta yang membuatku pesimis, jatuh cinta yang selama ini dikatakan orang-orang, jatuh cinta yang benar-benar jatuh cinta. Disini pertama kalinya aku merasakan patah hati yang membuatku terdiam, membuatku berbaring di tempat tidur ditemani hangatnya selimut dengan pikiranku melayang-layang, membuatku menjauh dari temanku, membuatku menangis, membuatku berbagi kisah patah hatiku ke temanku, membuatku sakit yang lebih parah dari flu atau batuk atau cacar – sakit hati. Disini pertama kalinya aku memandang cinta seperti sekarang, memandangnya sebagai sesuatu yang serius. Dan; oh, ya, disini aku menganggap cinta sebagai sesuatu yang lain, seperti kata temanku, cinta itu seperti mawar, dibalik keindahannya, pasti ada duri-duri yang akan melukaimu. Tak pernah sebelumnya aku jatuh cinta kepada seseorang selama 1 tahun, 2 bulan, dan 19 hari. Tak pernah sebelumnya aku mencintai dan mengagumi orang seperti ini. Yaaa, intinya, tak pernah aku jatuh cinta sedalam ini, dan tak pernah ada seorang pun sebelumnya yang memberi kesan sedalam ini di hatiku. Dan, oh ya, aku telah menemukan blueberry-ku.
Ini pertama kalinya aku pusing belajar, aku niat belajar, aku frustasi atas nilai-nilaiku, aku memikirkan masa depanku sungguh-sungguh, dan ragu karenanya. Sebelumnya, aku tidak pernah se-stress ini di sekolah. Sebelumnya, aku tidak pernah memikirkan semenit pun tentang tugas-tugasku, karena memang, tugasku sebelumnya tidak banyak. Aku pun tidak pernah diam sejenak dan benar-benar memikirkan masa depanku, tidak seperti sekarang, dimana banyak waktuku kuhabiskan memikirkan universitas-universitas di luar sana yang siap menerimaku. Aku dulunya tidak akan pernah tidur jam 2-3 pagi hanya karena mengerjakan tugas sekolah. Aku dulunya tidak akan pernah mendapatkan ide photosynthesis machine, temperature controlled stove, atau script film A Day in a Life, 1/6, Sufairman, atau film-film lainnya. Aku dulu tak akan pernah menangis karena tugas, atau karena teman sekelompokku yang tak mau bekerja, tetapi sekarang, aku sudah melakukannya, mungkin sebanyak 4-5 kali, dalam 2 tahun terakhir ini. Tetapi aku tidak menyesalinya, aku tidak akan pernah. Dan sekarang, aku menemukan kiwi-ku.
Kenapa aku bilang masa SMA-ku indah? Mungkin 3 paragraf panjang dan tidak relevan diatas dapat menjelaskannya, mungkin tidak. Tetapi, singkatnya, tidak pernah aku mendapatkan kenangan seindah masa sekarang. Karena kecil kemungkinanku untuk mempunyai teman yang mengikuti ajang seperti Abang-None, atau Kangnong. Kecil kemungkinannya aku akan berjoget lagi dengan lagu Racun, atau Kopi Dangdut, atau Semua Jadi Satu. Aku mungkin tak akan pernah lagi menyanyi lagu Arti Sahabat, sambil mendalami liriknya yang begitu indah. Mungkin tak akan pernah lagi aku pergi ke rumah temanku sebelum ulangan umum, entah untuk belajar atau bermain, selama 1 minggu berturut-turut. Mungkin tak pernah lagi aku pergi ke mall di hari ulangan umum bersama teman-temanku, menonton bioskop. Mungkin tak pernah lagi aku membuat film, menulis lirik lagu, membuat lagu rap. Mungkin tak pernah lagi aku mengatur pesta kedatangan anak-anak Singapore. Mungkin tak pernah lagi aku menjadi wakil ketua OSIS. Mungkin tak pernah lagi aku pergi karaoke dan menggila disana, melepaskan kegilaan ulangan umum. Mungkin tak pernah lagi aku jalan kaki dari sekolahku ke ITC BSD, tak pernah lagi aku jalan kaki dari ITC BSD ke Pizza Hut, tak pernah lagi aku jalan kaki dari sekolahku ke rumah. Mungkin tak pernah lagi aku melihat drama musikal yang dimainkan teman-temanku. Mungkin tak pernah lagi aku mendapatkan kesenangan-kesenangan seperti sekarang.
Semuanya mungkin, tetapi hanya satu yang pasti. Pasti aku tak akan melupakan masa SMA-ku.
Cahya, Sunday, December 14, 2008, 6.42 AM
(beneran gue bikinnya abis subuh)
No comments:
Post a Comment